From Hadith to Wisdom

From Hadith to Wisdom
Mengabarkan Pesan Nabi

Search This Blog

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Friday, October 12, 2012

Teologi DKI


Jakarta kini sedang dihebohkan oleh munculnya aliran-aliran TEOLOGI Baru. Jika Beberapa saat yang lalu, Indonesia dihebohkan oleh isu-isu teologis klasik menyangkut dua mainsstream besar Sunni dan Syiah, kini isu itu tampak semakin redam seiring dengan munculnya kabar heboh seputar TEOLOGI Film yang menyulut emosi umat Islam. Tidak lama setelah itu, berbagai media menyimpan kembali kabar teologi terhot itu dan beralih mengusung kabar seputar TEOLOGI DKI.
Isu tentang TEOLOGI DKI ini sebenarnya telah muncul sejak beberapa bulan yang lalu dan heboh di berbagai daerah, termasuk di luar DKI sendiri. Berbagai kelompok dan lapisan masyarakat turut berkomentar. Ulama, umara, selebiti, mahasiswa, pedagang asongan, dan lainnya tampak asyik memperbincangkan aliran teologi baru di DKI. Masjid, sekolah, kampus, majelis taklim, studio TV dan Radio, jalanan, kantor, warung, dan toilet pun bertambah fungsi, yaitu sebagai forum diskusi teologi DKI.
Setidaknya ada dua aliran TEOLOGI besar yang kini sedang bergema di DKI, Teologi Kumis (Teologiku) dan Teologi Kotak (Teologiko). Disebut aliran teologi karena kelompok tersebut mengusung agama dan Tuhan sebagai basis konsolidasi. Pada dasarnya keduanya sama sekali bukanlah aliran teologi atau bahkan ormas sekalipun, melainkan murni sebagai aliran atau lebih tepatnya organisasi politik. Hal ini tentu berbeda dengan aliran-aliran teologi seperti Sunnah dan Syiah, Muktazilah dan Asy'ariyah, Salafi dan Wahabi, atau sejenisnya. Keduanya juga bukan ormas keagamaan seperti NU, Muhammadiyah, Persis, dan sejenisnya.
Teologi Kumis tentu berbeda dengan Teologi Jenggot yang juga makin semarak di DKI. Jika para teolog Kumis dengan mengusung ayat dan hadis-hadis Nabi mengharamkan pemimpin non muslim, maka para teolog jenggot melarang keras cukur jenggot, isbal, dan lainnya.
Sebagaimana Teologi Kumis, Teologi Kotak juga bukan aliran keagamaan atau  teologis. Ia adalah aliran politik yang secara tidak disadari bermetamorfosis menjadi teologis. Pasalnya para penganut aliran ini juga terpancing oleh isu-isu teologis yang disebarkan oleh para teolog kumis. Para teolog Kotak membalas serangan teolog kumis dengan tuduhan jual agama dan ayat untuk kepentingan politik.
Label-label keagamaan digunakan untuk menjastifikasi para penganut teologi tersebut, misalnya yang tidak memilih si A tergolong durhaka pada Tuhan, dan yang memilih si A berarti taat pada Tuhan.
Belum lagi muncul sebaran isu yang menjadikan nomor urut sebagai jargon politik beraroma teologi. Nomor urut satu misalnya dijadikan sebagai jargon mulut ke mulut, "satu agama (seagama) satu iman (seiman), dan Jakarta bersatu, tidak berkotak-kotak karena kotak-kotak berarti tidak bersatu alias bibit perpecahan." Para teolog kotak juga melepaskan manuver-manuver untuk menghadapi pesaingnya itu. Mereka menggunakan simbol kotak sebagai keragaman yang indah. Paduan warna kotak merah dan hitam yang diikat dengan garis-garis putih cukup efektif dan efisien untuk menggantikan jargon-jargon heroik dan smart yang terpampang jelas pada spanduk-spanduk di berbagai sudut kota Jakarta.

Yah, begitulah ketika guyonan yang serius pada pesta Pilkada DKI yang berubah menjadi sebuah gerakan teopolitik. Teologi dijadikan sebagai konsolidasi politik dan simbol-simbol politik pun berubah menjadi landmark.