From Hadith to Wisdom

From Hadith to Wisdom
Mengabarkan Pesan Nabi

Search This Blog

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, January 22, 2012

KOPI DAN SAPI SHALAT




J
ika anda pergi ke Papua jangan heran sewaktu mendapati banyak hal yang aneh dan berbeda dari logat bahasanya. Mereka memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang cukup bagus. Bahkan menurut keterangan warga di sana, tidak ada orang Papua yang tidak bisa berbahasa Indonesia.
Di Papua terdapat banyak sekali bahasa dan budaya lokal, sesuai dengan daerah dan sukunya. Bahkan dalam satu wilayah bisa jadi tidak saling mengerti karena perbedaan bahasa.
Kondisi seperti ini membuat warga Papua harus mampu berbahasa Indonesia. Karena bahasa resmi nasional inilah yang dapat mempersatukan mereka, persis seperti yang diikrarkan dalam sumpah pemuda.
Tak hanya itu, orang Papua juga memiliki khas tersendiri dalam berbahasa Indonesia. Dalam berucap, mereka cenderung berintonasi tinggi, bersuara lantang dan dialek khas serta sangat cepat. Jika tidak terbiasa, sangat susah untuk mengikuti pembicaraan mereka. Di samping itu, mereka juga memiliki keterampilan untuk menyingkat bahasa Indonesia. Dengan bahasa-bahasa singkat inilah cara berbicara mereka menjadi semakin cepat. Begitulah gambaran sepintas Bahasa Indonesia khas Papua.
Pernah suatu ketika, di saat masih baru menginjakkan kaki di tanah Papua ini, kami hampir salah paham terhadap pembicaraan mereka. Karena bingung, ketika ditanya pun, kami menjawab asal-asalan.
”Pak Ustaz, ko pi mana kah?” tanya seorang warga dengan logat Papuanya.
”Lho, siang-siang kok minta kopi to? Ini kan bulan puasa?” jawab kami polos.
”Ee... tidak. Bukan itu yang katong maksud. Pak Ustadz mo kemana kah?” kata mereka meluruskan pemahaman saya tentang kopi.
”Oooh. Saya mau ke masjid, salat dzuhur.” jawab kami.
”Baru kapan kita boleh mengobrol kah?” tanya mereka lagi.
”Nanti sesudah salat to.” jawab kami dengan sedikit meniru logat mereka.
”Oke, kopi shalat dulu to? sapi juga shalat dulu sudah... baru sebentar kitong mengobrol to?” jawab mereka.
Kampiun semakin bingung dengan kalimat yang terakhir ini. Di awal tadi, mereka menanyakan “kopi” di siang hari. Sekarang malah bilang “sapi shalat dulu.” Usut punya usut, ternyata kami yang salah paham. Maklum, kami kan orang baru di sana, dan mereka pun masih belum sadar kalau yang sedang dihadapi adalah orang yang belum pernah ke Papua. Setelah itu, kamipun mengerti kalau “kopi” adalah kependekan dari “kau pingin” yang telah berubah dialeknya menjadi “ko” (kau), dan “pi” (pingin: mau). Jadi, “kopi mana kah?” adalah bahasa Indonesia khas Papua yang artinya “Kau mau ke mana kah?”. Sedangkan “sapi shalat” juga bukan berarti binatang yang sedang shalat. Tara mungkin to? (nggak mungkin, kan?) Kata “Sapi” adalah kependekan dari “saya” (sa) dan “pingin” (pi). Jadi “sapi shalat” adalah “saya pingin shalat (saya mau shalat)”. Sementara kata “sebentar” maknanya adalah “nanti”. Jadi, makna kalimat terakhir itu adalah “Oke, Anda mau shalat, kan? Kalau begitu, saya juga mau shalat dulu saja lah. Terus, nanti kita bisa ngobrol, kan?”. Kemudian, kata “baru” juga jangan selalu diartikan sesuatu yang sebelumnya tidak ada. Kata “baru” dalam konteks pembicaraan di atas maknanya adalah “terus, lalu, atau kemudian”.
”ee... kalo gitu, sapi dan kopi tara bisa shalat to?” kamipun mengakhiri obrolan dengan tawa. [AUH]